Kamis, 31 Juli 2008

Menjadi Pribadi yang Simpatik

Pas_photoqu_1 Mengintip salah satu iklan di televisi “ Kesan pertama begitu menggoda,selanjutnya terserah anda”, demikianlah bunyi iklan yang menunjukkan bahwa penampilan kita menjadi sesuatu yang penting ketika melakukan interaksi dengan seseorang. Dengan penampilan yang menarik, tentunya akan banyak orang yang menaruh perhatian kepada kita. Akan tetapi, jangan terjebak pada kata” menarik” yang seringkali berorientasi pada fisik semata, tetapi menarik dalam artian yang lebih luas, yakni yang mampu merebut simpati orang lain.

Sayangnya, akhir-akhir ini penampilan yang menarik seringkali menjadi suatu komoditi untuk menjebak orang lain. Para penjahat modern tak lagi memiliki identitas sebagai seseorang yang bermuka seram, berpakaian compang-camping, menutup muka,dan lain-lain, akan tetapi mereka justru beralih jalur menjadi seorang penjahat yang rapi, berdasi, dengan tujuan mampu memperdayai sasarannya.Karena itulah menarik secara fisik tidak dapat dijadikan jaminan bahwa orang itu juga memiliki kepribadian yang menarik pula.

Bagi seseorang yang terbiasa menjalin interaksi dengan orang lain terutama dalam dunia kerja tentunya harus memiliki kiat-kiat khusus untuk bisa dan mampu menjadi seseorang yang diadakan dalam lingkungannya, terutama bagi para karyawan yang memiliki kebutuhan untuk menghargai dan menghormati atasan dan teman sekerja.

Sejumlah kriteria tentang pribadi yang menarik, khususnya dalam dunia kerja itulah yang akhirnya dipaparkan oleh Soejitno Irmim dan Abdul Rochim dalam bukunya yang berjudul Penampilan Pribadi Yang Simpatik.

Buku ini secara sederhana mengulas hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana berpenampilan simpatik sehingga bisa disenangi atasan dan teman sekerja, seperti bertutur kata halus dan sopan,menghargai atasan dan rekan sekerja, suka membantu orang lain, mau mengerti kesulitan atasan, bisa menempatkan diri, selalu menampakkan wajah ceria dan murah senyum, tidak segan meminta maaf, mudah memberi maaf, mudah menyesuaikan diri, mampu menterjemahkan keinginan atasan,mudah diajak kerjasama, suka mengakui kelebihan orang lain, suka memberikan ide dan saran kepada atasan, memiliki loyalitas yang tinggi, dan yang terakhir adalah tidak suka membuat konflik.

Untuk memperkuat gagasan, penulis menyertakan beberapa dalil seperti hadist, contoh tingkah laku Nabi Muhammad, serta pesan dari beberapa tokoh seperti Ibu Teresa, Henry Ward Beecher,AA GYM,dll. Mereka adalah beberapa tokoh yang memiliki sifat “menarik” sehingga banyak dikagumi orang banyak.Contohnya ketika penulis mengulas masalah tentang salah satu ciri orang yang berpenampilan menarik yakni memperhatikan kualitas ucapan, dalam buku ini penulis menyertakan ucapan AA GYM, bahwa lidah seseorang dapat menyelamatkan dan membahayakan dirinya, dan masih banyak contoh yang lain,yang tentunya oleh penulis dikemas semenarik mungkin.

Diksi yang digunakan oleh penulis dalam menyampaikan gagasannya sangat mudah dipahami, tidak memerlukan pemikiran yang berliku – liku. Sebagai bacaan ringan, buku ini telah mampu menggugah hati para pembaca yang selama ini mungkin penampilan pribadi yang simpatik itu tidak terlalu dikedepankan. Menjadi pribadi yang simpatik sangat memberikan keuntungan bagi kita, terutama dalam dunia kerja misalnya mau mengerti kesulitan atasan, agar dapat dicintai. Sayangnya, tidak semua karyawan tahu bagaimana caranya.

Mengintip salah satu iklan di telavisi “ Kesan pertama begitu menggoda,selanjutnya terserah anda”, demikianlah bunyi iklan yang menunjukkan bahwa penampilan kita menjadi sesuatu yang penting ketika melakukan interaksi dengan seseorang. Dengan penampilan yang menarik, tentunya akan banyak orang yang menaruh perhatian kepada kita. Akan tetapi, jangan terjebak pada kata” menarik” yang seringkali berorientasi pada fisik semata, tetapi menarik dalam artian yang lebih luas, yakni yang mampu merebut simpati orang lain.

Sayangnya, akhir-akhir ini penampilan yang menarik seringkali menjadi suatu komoditi untuk menjebak orang lain. Para penjahat modern tak lagi memiliki identitas sebagai seseorang yang bermuka seram, berpakaian compang-camping, menutup muka,dan lain-lain, akan tetapi mereka justru beralih jalur menjadi seorang penjahat yang rapi, berdasi, dengan tujuan mampu memperdayai sasarannya.Karena itulah menarik secara fisik tidak dapat dijadikan jaminan bahwa orang itu juga memiliki kepribadian yang menarik pula.

Bagi seseorang yang terbiasa menjalin interaksi dengan orang lain terutama dalam dunia kerja tentunya harus memiliki kiat-kiat khusus untuk bisa dan mampu menjadi seseorang yang diadakan dalam lingkungannya, terutama bagi para karyawan yang memiliki kebutuhan untuk menghargai dan menghormati atasan dan teman sekerja.

Sejumlah kriteria tentang pribadi yang menarik, khususnya dalam dunia kerja itulah yang akhirnya dipaparkan oleh Soejitno Irmim dan Abdul Rochim dalam bukunya yang berjudul Penampilan Pribadi Yang Simpatik.

Buku ini secara sederhana mengulas hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana berpenampilan simpatik sehingga bisa disenangi atasan dan teman sekerja, seperti bertutur kata halus dan sopan,menghargai atasan dan rekan sekerja, suka membantu orang lain, mau mengerti kesulitan atasan, bisa menempatkan diri, selalu menampakkan wajah ceria dan murah senyum, tidak segan meminta maaf, mudah memberi maaf, mudah menyesuaikan diri, mampu menterjemahkan keinginan atasan,mudah diajak kerjasama, suka mengakui kelebihan orang lain, suka memberikan ide dan saran kepada atasan, memiliki loyalitas yang tinggi, dan yang terakhir adalah tidak suka membuat konflik.

Untuk memperkuat gagasan, penulis menyertakan beberapa dalil seperti hadist, contoh tingkah laku Nabi Muhammad, serta pesan dari beberapa tokoh seperti Ibu Teresa, Henry Ward Beecher,AA GYM,dll. Mereka adalah beberapa tokoh yang memiliki sifat “menarik” sehingga banyak dikagumi orang banyak.Contohnya ketika penulis mengulas masalah tentang salah satu ciri orang yang berpenampilan menarik yakni memperhatikan kualitas ucapan, dalam buku ini penulis menyertakan ucapan AA GYM, bahwa lidah seseorang dapat menyelamatkan dan membahayakan dirinya, dan masih banyak contoh yang lain,yang tentunya oleh penulis dikemas semenarik mungkin.

Diksi yang digunakan oleh penulis dalam menyampaikan gagasannya sangat mudah dipahami, tidak memerlukan pemikiran yang berliku – liku. Sebagai bacaan ringan, buku ini telah mampu menggugah hati para pembaca yang selama ini mungkin penampilan pribadi yang simpatik itu tidak terlalu dikedepankan. Menjadi pribadi yang simpatik sangat memberikan keuntungan bagi kita, terutama dalam dunia kerja misalnya mau mengerti kesulitan atasan, agar dapat dicintai. Sayangnya, tidak semua karyawan tahu bagaimana caranya.